Kalah kok Terus! Itulah kata-kata yang pas untuk menggambarkan prestasi sepakbola Indonesia dikancah Internasional. Buntut dari kisruh persepakbolaan Nasional akhirnya berimbas pada prestasi tim Garuda merah putih, setidaknya kegagalan demi kegagalan menghiasi perjalanan karir timnas Indonesia.

Indonesia belum bisa menghapus paceklik gelar sejak 1991, masyarakat pecinta bola Indonesia sudah menanti gelar bisa bisa mampir ke Indonesia. Ada apa dengan sepak bola Indonesia?

Berbagai usaha terus dilakukan oleh induk organisasi sepak bola terbesar di Indonesia PSSI untuk bisa memberikan yang terbaik, dan salah satunya adalah dengan melakukan naturalisasi pemain Indonesia yang mempunyai darah tanah air untuk bisa direkrut dan memperkuat skuad garuda Merah Putih.

Tapi sampai detik ini prestasi sepak bola Indonesia masih belum bisa keluar dari kubangan lumpur yang amat dalam. Nah kali ini Taufik dkk gagal untuk bisa mempersembahkan piala AFF 2012, jangankan juara, Indonesia kembali harus tersungkur dari pentas sepakbola bergengsi antar negara Asean di tahun 2012 dan gagal lolos ke babak semifinal kalah dari timnas Malaysia.

Pelatih kepala Nil Maizar yang digadang-gadang bisa mempersembhakan gelar juara harus menelan pil pahit kalah dari seteru abadinya Malaysia dengan skor 0-2. Sederet pemain berkualitas di jaring untuk bisa menembus babak final Piala AFF 2012, namun demikian ini semua masih belum cukup. Kisruh ditubuh PSSI mengharusnak Nil Maizar untuk membawa pemain seadanya, skuad merah putih yang dibawa ke pentas Piala AFF 2012 bukanlah yang terbaik.

Maklum iklim persepakbolaan di negeri kita pecah dengan ulah segelintir orang yang mempunyai kepentingan masing-masing. Sepakbola Indonesia terpecah menjadi dua antara Indonesia Super League dengan Indonesia Primier League, praktis skuad yang ada saat ini bermaterikan pemain dari IPL yang notabene adalah pemain yang belum syarat pengalaman di laga internasional.

Kalau kita kritiki penampilan Indonesia tidaklah buruk, namun Indonesia belum memberikan penampilan terbaiknya. Sederet bintang sepak bola Indonesia yang bernaung di ISL dan malang melintang di pentas Internasional semuanya tak bisa ikut karena harus ‘sendiko dawuh’ ikut peraturan dan kebijaksanaan dari lembaga tertinggi.

Nil kurang bisa memainkan perannya karena minimnya pilihan yang ada di skuad timnas saat ini. Bintang seperti Cristian Gonzales, Victor Ifbonefo, Patrick Wanggai maupun gelandang seperti Fiman Utina dan Achmad Bustomi tak bisa dibawa serta di Piala AFF 2012.

Semua pemain yang berada di bawah Indonesia Super Legaue tak bisa memperkuat timnas Indonesia, meskipun dari hati kecil mereka ingin sekali untuk ikut jungkir balik membela panji skuad garuda merah putih. Bagaimana nasib timnas Indonesia yang akan datang? Apakah semua terus mementingkan egosentrisnya masing—masing hanya untuk memuaskan kepentingan segelintir orang atau golongan?

Banyak pekarjaan rumah yang harus diselesaikan oleh mereka (para petinggi PSSI), sudah satnya kita memikirkan masa depan untuk kepentingan bangsa dan negara. Andai saja IPL dan ISL digabung mungkin Indonesia akan lebih solid, solid dalam artian organisasi dan solid di skuad timnas Indonesia.